Kamis, 22 Mei 2014

Makna Tauhid-mengesakan ALLAH

Posted by with No comments

MAKNA LA ILAHA ILLALLAH


     Tauhid adalah esensi Islam. Tanpa tauhid, karenanya, tidak akan ada Islam. Tanpa tauhid semua tatanan dan pranata kenabian akan diragukan. Karenanya, berpegang teguh pada prinsip tauhid merupakan fundamen dari seluruh kesalehan, keberagamaan, dan seluruh kebaikan. Dari tauhid lah semua aktifitas kehidupan berawal dan berakhir.

     Tauhid secara etimologis berasal dari kata wahhada, yuwahhidu, tauhidan, yang artinya mengesakan, menyatukan. Islam sebagai agama tauhid merupakan agama yang mengesakan Allah dengan kalimah syahadahnya "laa ilaaha illallaah."

     Kata La yang yang terdapat pada awal iqrar tersebut adalah la nafiyata lijinsi, yaitu huruf nafi yang menafikan segala jenis Ilah (tuhan).   Kata Illa adalah huruf istisna (pengecualian) yang mengecualikan Allah dari segala macam jenis Ilah yang dinafikan. Bentuk kalimat seperti ini dinamai kalimat manfi (negatif) lawan dari kalimat mutsbat (positif). Kata Illa berfungsi mengisbatkan kalimat yang manfi. Dalam kaidah bahasa Arab itsbat sesudah nafi itu mempunyai maksud alhashru (membatasi) dan taukid (menguatkan). Dengan demikian kalimat Tauhid ini mengandung pengertian sesungguhnya tiada Tuhan yang benar-benar berhak disebut Tuhan selain Allah SWT semata.

     Iqrar  Laa ilaha Illallah tidak akan dapat diwujudkan secara benar tanpa mengikuti petunjuk yang disampaikan oleh Rasulullah SAW. Oleh sebab itu iqrar La Ilaaha Illallah harus diikuti oleh iqrar Muhammad Rasulullah. Dua iqrar inilah yang dikenal dengan dua kalimah syahadah yang menjadi pintu gerbang seseorang memasuki dien Allah SWT.

     Dengan iqrar syahadah tersebut seorang Muslim dituntun untuk verneinen, mengatakannein, no, la, mengatakan tidak terhadap semua fenomena, segala sumber kekuatan, dan segala keyakinan yang non ilahiah. Kepada setiap hal yang bukan tauhid harus berani mengatakan nein, no, tidak. Sehingga tidak ada Tuhan atau kekuatan kecuali Allah, la haula wa la quwwata illa billah, la ilaa ha illallaah.

     Jadi, pertama - tama seorang Muslim harus mengingkari. Sebelum meyakini Allah, seorang Muslim mempunyai tugas untuk mengingkari yang selain Allah. Dalam Al Quran Surah Al Baqarah (2):256, disebutkan bahwa barangsiapa mengingkari, mengufuri, dan menolak thaguth (semua obyek persembahan) kecuali Allah, maka dia telah memegangi tali yang kukuh. Thaghut bisa berwujud seorang dewa yang dikhayalkan manusia, bisa berupa ideologi yang disembah umat manusia, dan bisa berupa seorang pemimpin yang menganggap dirinya sebagai Tuhan, Fir'aun misalnya. Thaghut bisa juga berupa mitos yang diyakini akan menyebabkan kecelakaan dan keselamatan suatu komunitas.

Referensi:
1. Ismail Raji Al Faruqi, 1982, Tauhid, Penerbit Pustaka: Bandung
2. Yunahar Ilyas, 1992, Kuliah Aqidah Islam, LPPI UMY : Yogyakarta
3. Amien Rais, 1998, Tauhid Sosial, Mizan : Bandung

0 komentar:

Posting Komentar